
Apa itu Call To Action? Kata Singkat yang Bikin Audiens Tertarik!
Apa itu Call to Action – Dalam pemasaran digital yang kian kompetitif, mendatangkan audiens ke website, media sosial, sampai melakukan add to cart adalah sebuah marketing goals yang harus bisa dicapai. Namun, untuk mewujudkannya terkadang tidak mudah. Jika kamu sudah memiliki konten yang baik atau produk yang inovatif, tetapi jika audiens tidak mendapat arahan yang jelas terkait bagaimana mendapat info lengkap atau langsung melakukan pembelian, maka mereka akan datang dan pergi begitu saja. Inilah peran krusial dari Call To Action Button (CTA)
CTA adalah kata singkat yang menghubungkan ketertarikan audiens dengan tujuan marketing sebuah brand. Artikel ini akan membedah tuntas, mulai dari pengertian dasar, hingga strategi optimasi CTA, untuk membantu kamu menciptakan CTA yang bisa menghasilkan konversi nyata.
Apa Itu Call To Action? (CTA)
Call to Action (CTA), atau dalam bahasa Indonesia disebut “Ajakan Bertindak,” adalah sebuah instruksi, gambar, atau teks yang dirancang untuk memancing respons langsung dari audiens. Tujuannya adalah untuk mengarahkan pengunjung melakukan tindakan spesifik yang kamu inginkan.
CTA tidak selalu berbentuk tombol. Ia bisa hadir dalam berbagai format, seperti:
Tombol CTA
Format paling umum, seperti “Beli Sekarang,” “Daftar Gratis,” atau “Unduh E-book.”
Teks dengan Hyperlink
Kalimat dalam artikel yang mengarahkan audiens ke halaman lain, contohnya “Baca juga panduan lengkap menuju halaman promo atau produk”
Gambar atau Banner
Visual yang dapat diklik untuk menuju halaman promo atau produk
Formulir
Ajakan untuk mengisi data, seperti “Berlangganan Newsletter”
Pada intinya, setiap elemen di platform digital yang meminta audiens untuk “melakukan sesuatu” adalah sebuah CTA.
Fungsi CTA dalam Digital Marketing
Mengabaikan CTA sama halnya seperti membuka toko tanpa ada pintu masuk atau kasir. Banyak pengunjung yang masuk, tertarik, melihat-lihat, tetapi tidak tahu harus kemana atau bagaimana cara membeli produk dalam toko tersebut. Berikut adalah tiga fungsi CTA dalam dunia digital marketing
Mengarahkan Audiens Ke Tujuan Marketing
CTA berfungsi sebagai pemandu. Ia akan memberitahu audiens langkah selanjutnya yang harus diambil dalam perjalanan digial mereka (digital customer journey), entah itu membaca artikel lain, mengisi formulir, melanjutkan lewat chat WhatsApp, atau langsung melakukan pembelian di website.
Meningkatkan Konversi dan Penjualan
CTA yang efektif adalah mesin utama konversi. Perubahan kecil pada kata-kata, warna, atau penempatan tombol CTA dapat meningkatkan jumlah leads. pelanggan newsletter, dan meningkatkan penjualan secara signifikan.
Mengukur Keberhasilan Kampanye Marketing
Dengan melacak berapa banyak orang yang meng-klik CTA, kita bisa menghitung jumlah click through rate (CTR) pada sebuah kampanye digital marketing. Kamu juga bisa mengukur efektivitas halaman website, email, atau performa iklan dengan metrik CTR ini. Tentunya, data digital semacam ini sangat diperlukan untuk optimasi marketing di masa mendatang.
Cara Membuat CTA yang Efektif
Berikut adalah cara membuat CTA dengan formula yang efektif dengan memperhatikan tiga elemen utamanya.
Formula 1: Buat Teks (Copywriting) yang Memikat
Penggunaan kata-kata singkat memiliki kekuatan. Teks pada CTA kamu harus dibuat dengan singkat, jelas, dan persuasif.
-
- Gunakan Kata Kerja Aktif: Mulailah CTA dengan kata kerja perintah yang kuat. Ganti “Formulir Pendaftaran” dengan “Daftarkan Diri Anda Sekarang.” Ganti “Produk Kami” dengan “Jelajahi Koleksi Kami.”
-
- Ciptakan Rasa Urgensi (FOMO): Fear of Missing Out (FOMO) adalah pendorong psikologis yang kuat. Frasa seperti “Diskon Berakhir Hari Ini,” “Hanya untuk 100 Pendaftar Pertama,” atau “Stok Terbatas!” dapat memotivasi audiens untuk segera bertindak.
-
- Tawarkan Nilai yang Jelas: Beri tahu audiens apa keuntungan yang akan mereka dapatkan. Jangan hanya menulis “Kirim,” coba ganti kata tersebut menjadi “Dapatkan E-book Gratis Saya.” Pilihan kata ini dapat menyoroti manfaat langsung bagi pengguna.
Formula 2: Desain Visual yang Menonjol
Mata manusia secara alami akan tertarik pada elemen visual yang menonjol. Kamu bisa menggunakan kombinasi tiga hal berikut:
-
- Psikologi Warna: Pilih warna tombol yang kontras dengna latar belakang halaman. Kamu bisa gunakan warna-warna cerah seperti oranye, hijau, atau biru yang seringkali efektif karena menciptakan kontras visual yang kuat dan menarik perhatian.
-
-
- Kontras dan Whitespace: Pastikan ada cukup ruang kosong (whitespace) di sekitar tombol CTA. Hal ini membuat kehadiran tombol tersebut lebih mudah teridentifikasi dan tidak kalah dengan adanya konten lain.
-
-
- Bentuk dan Ukuran yang Intuitif: Kamu bisa membuat desain tombol CTA dengan sudut membulat dan bentuk persegi panjang. Ukurannya harus cukup besar agar mudah di klik, terutama pada perangkat mobile, tanpa harus melakukan zoom in.
Formula 3: Penempatan Tombol CTA
Setelah membuat rangkaian CTA, hal krusial berikutnya adalah menempatkan CTA. Untuk itu, kamu bisa mengadopsi beberapa penempatan CTA berikut ini:
-
- Above the Fold (Bagian Atas Halaman): Tempatkan CTA utama di bagian atas halaman yang langsung terlihat tanpa perlu menggulir (scroll). Ini adalah area utama di mana perhatian audiens paling terfokus.
- Di Akhir Konten: Setelah audiens selesai membaca artikel blog atau deskripsi produk, ajak mereka ke tahap selanjutnya. Kamu bisa menempatkan CTA di bagian akhir untuk mengarahkan mereka.
- Sticky Element atau Pop-up: CTA yang “mengambang” di sisi layar atau muncul sebagai pop-up dapat menjaga ajakan tetap terlihat saat audiens menggulir halaman.
Contoh CTA (Call To Action)
Netflix
Netflix menggunakan CTA “Get Started” (Ayo Mulai). Kata ini bersifat ajakan bagi audiens yang ingin mencoba langganan film & series premium secara on demand.
Apple
Apple menggunakan CTA “Selengkapnya” pada bagian produk di website mereka. Tujuan penggunaan CTA ini adalah mengajak audiens untuk melihat lebih detail mengenai spesifikasi dan keunikan dari produk mereka.
Kesalahan Umum dalam Membuat Tombol CTA
Pesan yang Ambigu
CTA seperti “Klik di Sini” atau “Lanjutkan” tidak memberikan informasi yang jelas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Gunakan teks yang lebih deskriptif, seperti “Unduh Laporan PDF.”
Terlalu Banyak Pilihan
Menempatkan lima tombol CTA yang berbeda dalam satu halaman justru akan membingungkan audiens (analysis paralysis). Lebih baik, kamu fokus pada satu atau dua tujuan utama per halaman.
Desain yang Buruk dan Tidak Responsif
CTA yang sulit dibaca atau diklik di layar ponsel dapat membuat kamu kehilangan banyak potensi konversi. Pastikan desain yang kamu buat mobile-friendly dan mudah digunakan.
Cara Mengukur dan Mengoptimalkan Kinerja CTA Anda
Jika sudah mengetahui cara membuat CTA yang baik. Maka, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa data dari CTA tersebut dapat terkumpul dan bisa digunakan untuk optimasi selanjutnya dalam kegiatan marketing yang berjalan. Untuk itu, kamu bisa memahami dua metrik utama yang biasanya didapatkan dari tombol CTA.
- Click-Through Rate (CTR), yaitu persentase orang yang mengklik CTA setelah melihatnya.
- Conversion Rate, yaitu persentase orang yang menyelesaikan tindakan setelah mengklik CTA.
Untuk lebih detail mengenai pengukuran CTA, kamu bisa melihat tutorial lengkap mendapatkan data konversi lengkap dengan bantuan Google Tag Manager pada artikel berikut: Panduan Lengkap Cara Install Google Tag Manager (GTM) untuk Pemula 2025
Kesimpulan
Call to Action lebih dari sekadar elemen desain. Tugas utama CTA adalah sebagai komponen strategis untuk tujuan tertentu pada digital marketing. Dengan merancang teks yang memikat, desain yang menonjol, dan penempatan yang cerdas, kamu dapat mengubah pengunjung pasif menjadi partisipan aktif.
Mulailah evaluasi CTA di website Anda hari ini. Analisis, uji coba, dan optimalkan. Karena di balik setiap klik tombol CTA yang efektif, ada potensi pelanggan setia yang menanti.